Rabu, 15 Maret 2017

Penalaran Mekanikal

MAKALAH INSTRUMEN KONSELING II



Penalaran Mekanikal
D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 14 :


Rahmat Agus Dermawan Siregar 

Wulan Mentari




                       Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 


 Bimbingan dan Konseling Islam

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 

2016


 







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Untuk hidup, orang perlu berfikir. Setiap saat, setiap waktu, orang pasti berfikir. Perilaku lahir dari proses berfikir. “Aku berfikir, maka aku ada”. Berpikir mekanis (dari buku The Power of Thinking Big), dalam salah satu babnya dijelaskan bahwa berpikir mekanis adalah sebuah mindset atau pola piker dimana kita berusaha keras tenaga untuk bisa mengendalikan pikiran kita sedemikian rupa seperti layaknya sebuah mesin sehingga dengan demikian hal tersebut akan berdampak langsung pada semangat kita dalam menghadapi segala sesuatu dalam hidup. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban, rencana, atau keinginan kita. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penalaran/berpikir mekanikal ?
2.      Apa tujuan dari tes berpikir mekanikal ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui arti dari penalaran/berpikir mekanikal.
2.      Untuk mengetahui tujuan dari berpikir mekanikal




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penalaran/ Berfikir Mekanikal
Berpikir merupakan sekumpulan keterampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpiir menurut Suryabrata merupakan proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.

Menurut Conny, berpikir merupakan proses mental yang terjadi karena berfungsinya otak dalam rangka mencari jawaban atas suatu persoalan, menemukan ide-ide, mencari pengetahuan, atau sekedar untuk berimajinasi. Proses berpikir terjadi oleh berfungsinya otak manusia, karena otak manusia merupakan pusat kesadaran, pusat berpikir, perilaku, dan emosi manusia mencerminkan keseluruhan dirinya, kebudayaan, kejiwaan, bahasa dan ingatannya.

Tes kemampuan mekanik adalah suatu tes yang digunakan untuk mengukur langkah-langkah tes kemampuan Anda agar dengan cepat memahami konsep-konsep mekanis dan memecahkan masalah mekanis.

Subtes Penalaran Mekanikal pada dasarnya suatu bentuk baru dari serangkaian Tes Pemahaman Mekanikal (Mechanical Comprehension Test) yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Bannet. Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang susunan kata-katanya sederhana. Diusahakan agar soal-soal yang disajikan menggunakan istilah-istilah yang sederhana, sering ditemui mesin-mesin atau peralatan yang tidak menyerupai gambar-gambar dalam buku teks atau memerlukan pengetahuan khusus.

Siswa yang dapat mengerjakan dengan baik subtes Penalaran Mekanikal biasanya suka mencari dan menemukan bagaimana bekerjanya suatu alat. Mereka biasanya memperoleh skor di atas rata-rata dalam mempelajari bagaimana menkonstruksi, mengoperasikan, atau memperbaiki perlengkapan yang rumit. Walaupun Penalaran Verbal (VR) dan Kemampuan Angka (NA) merupakan predictor terbaik untuk nilai-nilai Ilmu Pengetahuan Alam dan permesinan di Perguruan Tinggi dan Institut Teknologi, namun skor penalaran mekanikal yang tinggi merupakan kenyataan tambahan tentang kemampuan dalam bidang ini.[1]

Kemampuan di dalam hubungannya dengan permesinan. Mengukur aspek daya penalaran di bidang kerja mekanis dan prinsip fisika, yang merupakan salah satu faktor intelligensi dalam arti luas. Penyajian tes ini dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tes ini ialah 30 menit. Sedangkan waktu untuk instruksi sekitar lima sampai dengan sepuluh menit.

Siswa yang dapat mengerjakan subtes ini dengan baik, biasanya suka mencari dan menemukan bagaimana bekerjanya. Mereka biasanya memperoleh skors diatas rata-rata dalam mempelajari bagaimana mengkonstruksi, mengoperasikan, atau memperbaiki perlengkapan yang rumit. Skor penalaran mekanikal yang tinggi merupakan kenyataan tentang kemampuan dalam bidang Ilmu pengetahuan. Walaupun penalaran verbal (VR) dan kemampuan angka (NA) merupakan prediktor nilai-nilai ilmu pengetahuan alam dan permesinan di Perguruan Tinggi, namun skor penalaran mekanikal yang tinggi merupakan kenyataan tambahan tentang kemampuan dalam bidang ini.
Apabila ditemukan siswa memiliki skor tinggi pada tes ini tetapi tidak dalam penalaran verbal (VR) dan kemampuan angka (NA) ini akan menyulitkannya untuk mengikuti mata pelajaran yang berhubungan dengan permesinan. Disarankan baginya untuk mencari kesempatan bersekolah di SMK. Dan setelah lulus, orang yang cenderung memiliki skors minimal dalam penalaran mekanikal biasanya menjadi teknisi dalam bidang industri, mandor, toko, dan spesialis montir.
Dan orang-orang yang memperoleh skor yang rendah dalam tes ini mungkin sedikit sulit bekerja atau tidak tertarik dalam ilmu-ilmu fisika dan mata pelajaran yang berhubungan dengan bidang teknik yang menuntut menggunakan keterampilan tangan. Karena banyak jenis pekerjaan usaha di pabrik yang memerlukan pemahaman mesin dan pemakaian kekuatan fisik lainnya serta keterampilan tangan.
 

B.     Tujuan Tes Penalaran/Berpikir Mekanikal

Tujuan tes ini untuk mengetahui kemampuan khusus dalam bidang kemampuan mekanik. Dengan mengetahui kemampuan ini maka dapat ditentukan jurusan studi maupun untuk memilih pekerjaan. Bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan ini antara lain tukang kayu, ahli mesin, pemelihara mesin, dan perakit. Tes ini juga untuk mengetahui seberapa mudah seseorang memahami prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alamiah sebagaimana terlihat dalam kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan kehidupan. Untuk mengetahui seberapa baik seseorang mengerti tata kerja atau hukum-hukum, yang berlaku dalam perkakas-perkakas sederhana, mesin-mesin, dan peralatan-peralatan.[2]



















DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. Analisis Tes Psikologis: Teori & Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.




[1] Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. 2008. Analisis Tes Psikologis: Teori & Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 110